Perilaku supir angkutan yang dianggap barbar di jalan raya seringkali berakar dari dua masalah utama: faktor teknis kendaraan dan faktor psikologis pengemudi. Secara teknis, kendaraan besar memiliki area Blind Spot yang luas, menciptakan zona bahaya di sekitar truk yang tidak terlihat oleh pengemudi. Namun, masalah ini diperparah oleh “ego besar” pengemudi, yang membuat mereka mengabaikan batas-batas keselamatan dan berani melakukan Aksi Liar tanpa memikirkan konsekuensi bagi pengguna jalan lain.
Blind Spot adalah area di sekeliling kendaraan di mana pengemudi tidak memiliki pandangan langsung, bahkan dengan bantuan kaca spion. Area ini sangat berbahaya, terutama saat truk berbelok atau berpindah jalur. Truk yang mengalami Over Dosis Muatan memiliki Blind Spot yang bahkan lebih besar karena dimensi muatan yang melebihi batas. Media Edukasi yang intensif tentang cara mengidentifikasi dan menghindari zona ini adalah kunci untuk mengurangi insiden fatal.
Masalah psikologis, atau ego besar, muncul dari lingkungan kerja yang penuh tekanan dan budaya “Raja Jalanan”. Supir sering bekerja dalam kondisi Jalur Neraka dengan jadwal yang sangat ketat, memicu stres dan frustrasi. Perasaan frustrasi ini kemudian dimanifestasikan sebagai agresi di jalan, membuat mereka cenderung menganggap enteng keselamatan dan melakukan manuver berbahaya tanpa toleransi terhadap kendaraan yang lebih kecil.
Mengatasi masalah Blind Spot memerlukan intervensi teknologi dan pelatihan. Pemasangan sistem kamera dan sensor Blind Spot adalah Strategi Inovatif yang dapat mengurangi risiko kecelakaan secara signifikan. Selain itu, pelatihan ulang yang mewajibkan supir untuk secara aktif mencari dan mengenali blind spot truk mereka dan truk lain adalah Solusi Struktural untuk meningkatkan kesadaran operasional.
Aspek “ego besar” harus ditangani melalui reformasi budaya kerja di sektor logistik. Perusahaan logistik harus bertanggung jawab atas Kesejahteraan Guru pengemudi, menetapkan jadwal yang realistis, dan memberikan istirahat yang memadai. Mengurangi tekanan ekonomi yang memaksa supir mengambil risiko adalah Memutus Rantai perilaku agresif di jalanan.
Teknologi Pengolahan data dari $\text{GPS}$ dan tachograph dapat memantau perilaku mengemudi. Data ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi pengemudi yang paling sering melakukan Aksi Liar dan memberikan intervensi pelatihan yang ditargetkan. Pendekatan berbasis data ini memastikan bahwa hanya pengemudi yang disiplin dan bertanggung jawab yang diizinkan mengemudikan kendaraan angkutan berat.
Di sisi lain, pengguna jalan lain juga perlu diedukasi mengenai Blind Spot truk. Kampanye keselamatan yang mengajarkan pengendara mobil dan motor untuk tidak berlama-lama berada di samping atau belakang truk besar, terutama di Jalur Cepat, adalah langkah pencegahan yang penting. Kesadaran bersama adalah kunci untuk menciptakan lingkungan jalan raya yang lebih aman.
