Taktik Devide et Impera: Senjata Utama Belanda di Tanah Jajahan

Taktik Devide et Impera, atau politik pecah belah dan kuasai, adalah strategi paling efektif yang digunakan VOC dan Pemerintah Kolonial Belanda. Tujuannya adalah mencegah persatuan lokal yang dapat mengancam dominasi mereka di Nusantara. Strategi klasik ini menjadi kunci utama untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan besar yang memiliki kekuatan militer.

Implementasi ini diwujudkan dengan memanfaatkan konflik internal kerajaan atau permusuhan antarsuku yang sudah ada. Belanda akan berpura-pura menawarkan bantuan militer kepada salah satu pihak yang bertikai. Setelah menang, pihak yang dibantu tadi harus membayar mahal dengan memberikan konsesi politik dan ekonomi.

Salah satu contoh paling nyata dari adalah intervensi di Kesultanan Mataram. Melalui Perjanjian Giyanti pada tahun 1755, Belanda berhasil memecah Mataram menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Perpecahan ini melemahkan kekuatan politik Jawa secara signifikan.

Selain Mataram, keberhasilan Taktik Devide juga terlihat pada Perang Makassar di abad ke-17. VOC membantu Arung Palakka dari Bone yang berseteru dengan Sultan Hasanuddin dari Gowa. Alhasil, Kesultanan Gowa yang merupakan pusat perdagangan dan maritim kuat berhasil ditaklukkan Belanda.

Secara militer dan politik, Taktik Devide ini sengaja mengadu domba, menciptakan raja boneka, dan menyebarkan isu perpecahan. Tujuannya bukan hanya memadamkan perlawanan, tetapi juga memastikan bahwa wilayah taklukan akan terus bergantung dan tidak memiliki kesempatan untuk bersatu.

Dampak buruk Taktik Devide terasa hingga ke tingkat sosial, dengan memecah kelompok-kelompok masyarakat berdasarkan ras, agama, atau golongan. Pengelompokan ini memudahkan Belanda mengontrol pergerakan, membatasi akses pendidikan, dan mencegah kesadaran nasionalisme pribumi.

Warisan dari Taktik Devide ini meninggalkan pelajaran berharga tentang pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa. Berbagai perlawanan akhirnya muncul dan dipelopori oleh tokoh-tokoh yang menyadari bahwa musuh sejati bukanlah saudara sebangsa, tetapi penjajah.

Oleh karena itu, semangat melawan Taktik Devide ini terus relevan. Di era modern, perpecahan sering terjadi melalui penyebaran hoaks dan polarisasi di media sosial. Menjaga persatuan dan toleransi adalah bentuk perlawanan modern terhadap segala upaya “pecah belah dan kuasai.”

journal.pafibungokab.org

learn.pafipemkotkerinci.org

news.pafipemkotpalopo.org

toto togel

bento4d